METODE HARGA POKOK PESANAN
Karakteristik Penguna Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem akutansi biaya perpertual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan – perkerjaan tertentu berdasarkan pekerjaan dan pemesanan yang telah disetujui, maka biaya prioduksi secara terus menerus di catat dan di bebankan kepada masing – masing pekerjaan yang sedang di laksanakan seperti bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Kartu Harga Pokok
Kartu Harga Pokok adalah buku tambahahn dari akun barang dalam proses. Dalam mencatat arus biaya produksi biasanya mrengunakan akun buku besar dan buku tambahahn berikut ini
Akun Buku Besar Akun persediaan bahann Gaji dan upah Biaya Overhead pabrik Barang dalam proses Barang jadi | Buku Tambahan Kartu persediaan bahan Daftar Gaji Dan Upah Kartu biaya overhed pabrik Kartu harga pokok (metode harga pokok pesanan ) Laporan biaya produksi (metode harga pokok proses) Kartu persediaan barang jadi |
Kartu harga pokok sebagai buku pembantu dari akun barang dalam proses , mencatat biaya produksi secara terinci yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pabrik yang di berikan
Akutansi Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam pereusahaan manufaktur seluru biaya prosduksi di catata dalam suatu akun pengendali dalam barang dalam proses transaksi yang dicatat sebagai biaya produksi dalam akun barang dalam proses biasanya berdasarkan dari tahan pemakaian secara langsung.
Akutansi Biaya Bahan
Pada dasarnya ada dua jenis transaksi utama yang mempengarui persediaan bahan, yaitu:
1. Pembelian dan penerimaan bahan,
2. Pengeluaran dan pemakaian bahan
Percataan pembelian dalam penerimaan bahan, setiap pencataan peresediaan yang di gunakan dalam perusaahhn manufaktur adalah sistim perpertual dan periodid.
Pada sistim perpertual pembeliaan dan penerimaan bahan dicatat dengan mendebit akun persediaan bahan, sedangkan dalam sistem periodik mendenbit akun pembelian ayat jurnal dalam sistem perpertual adalah sebagai berikut:
Persediaan Bahan xxx
Utang Dagang xxx
Pencatatan pengluaran dan pemakain bahan.setiap pengeluaran bahan dari gudang untuk pemakian di pabrik, harus berdasarkan pada bukti permintaan bahan (BPD) yang dibuat oleh karyawan bagian produksi.untuk memudahkan pencatatan secara langsung kepada kartu – kartu harga pokok dari masing – masing perkerjaan yang bersangkutan, maka dokumen sumber ini di berika nomor pekerjaan – pekerjaan yang tercantum dalam kartu – kartu harga pokok tersebut.
Permintaan bahan menurut nomor – nomor pekerjaan tersebut di jumlahkan dan di buat ayat jurnalnyA sebagai berikut.
Barang Dalam Proses xxx
Persediaan Bahan xxx
Untuk bahan yang diminta khususnya bahan baku tetapi tidak di pakai maka akan di kembalikan ke gudang dengan membuat slip pengembalian bahan. Tran saksi pengembalian bahan ini di jurnal sebagai berikut:
Persediaan Bahan xxx
Barang Dalam Proses xxx
Ayat jurnal pada saat bahn tidak langsung atau perlengkapan pabrik di keluari dari gudang dapat di lihat berikut ini
biaya overhead pabrik xxx
persediaan bahan xxx
Akutansi Biaya Tenaga Kerja
Pencatatan dan pembebanan biaya tenaga akerja untuk penentuan harga pokok pada dasarnya di lakukan dalam dua tahap pencatatan atau penjurnalan sebagai berikut
1. Mencatat total gaji dan upah untuk tenaga kerja langsuung dan tidak langsung
2. Mengalokasikan biaya tenaga kerja, yaitu : biaya tenaga kerja langsung di bebankan ke akun barang dalam proses dan tenaga kerja tidak langsung di bebankan ke akun biaya ke overhead pabrik.
Sebagai ilustrasi, biaya tenaga kerja untuk bulan januari sebesar Rp 22.000.000, terdiri tenaga kerja langsung Rp 16.000.000 dan sisanya Rp 6.000.000 adalah untuk tenaga kerja tidak langsung. Pajak penghasilan karyawan 15%dari penghasilan bruto. Jurnal yang akan dibuat adalah:
Gaji dan upah Rp 22.000.000
Utang pajak penghasilan 3.300.000
Utang gaji dan upah 18.700.000
Utang gaji dan upah 18.700.000
Kas 18.700.000
Barang dalam proses 16.000.000
BOP 6.000.000
Gaji an upah 22.000.000
Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Dalam metode harga pokkok pesanan, pembebanan biaya overhead pabrik pada pekerjaan tidak mengunakaan biaya yang sesungguhny terjadi seperti biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung tetapi dengan mengunakan suatu tarif biaya overhead yang di tentukan di muka. Tarif ini di peroleh dengan membagi taksiran total biaya overhead pabrik dengan basis alokasi tertentu yaitu kapasitas produksi dalam bentuk jumlah jam tenaga kerja langsung, jumlah jam mesin biaya tenaga kerja langsung.
Ada beberapa alasan mengapa biaya overhead pabrik yang sesungguhnya tidak digunakan.
1. Dalam biaya overhead pabrik ada element biaya tetap yang tidak tergantung dengan besarny volume produksi dan element biaya variabel yang berubah dengan adanya perubahan jumlah barang yang di produksi
2. Banyak biaya oerhead pabrik yang belum dapat di ketahui pada akhir periode tersebut.
3. Adanya biaya overhead pabrik yang sesungguhny tidak dapat di bebankan berdasarkan pekerjaan atau berdasarkan secara tepat waktu.
Brdasarkan taksiran jumlah jam tenaga kerja langsung sebanyak 60.000 jam dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 180.000.000 maka tarif biaya overhead pabrik adalah Rp 180.000.000/60.000 = Rp 3000 /jam tenaga kerja langsung. Biaya overhead lainya yang di bayar tunai Rp 2.650.000 dan yang masih terutang Rp 1.850.000 sedangkan penyusutan mesin dan asuransi yang di bebankan sebesar Rp 400.000 dan Rp 350.000.
Jika perusahaan melaksanakan dua pekerjaan yaitu pekerjaan No. 101 dan pekerjaan No. 102 dengan waktu aktual yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan masing – masing adalah 3.600 jam dan 2.400 jam maka biaya overhead pabrik yang di bebankan untuk pekerjaan No. 101 adalah 3.600 x Rp 3.000 = Rp 10.800.000 dan untuk pekerjaan No. 102 adalah 2.400 x Rp 3.000 = Rp 7.200.000. Jumlah ini di masukan dalam masing – masing kartu harga pokok.
Pada akhir akuntansi akun biaya overhaed pabrik dengan membuat ayat sebagai berikut
BOP yang di beban kan xxx
BOP xxx
Jurnak yang harus di buat untuk contoh di atas adalahsebagai berikut
Pembayaran BOP secara tunai dan kredit
BOP 4.500.000
Kas 2.650.000
Biaya yang masih harus dibayar 1.850.000
Pembebanan BOP karena asuransi dan penyusutan
BOP 750.000
Asuransi dibayar dimuka 350.000
Akumulasi penyusutan 400.000
Pembebanan BOP yang dibebankan
Barang dalam proses 18.000.000
BOP yang dibebankan 18.000.000
Menutup akun BOP yang dibebankan
BOP yang dibebankan 18.000.000
Biaya BOP 18.000.000
Akutansi untuk Pekerjaan Selesai dan Penjualan
saldo akun barang dalam proses pada akhir periode sama dengan jumlah biaya bahan langsung biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang di bebankan yang terdapat pada kartu harga pokok jurnal untuk mencatata pekerjaan seleesai adalah sebagai berikut
Barang jadi 70.000.000
barang dalamn proses 78.000.000
Apabila barang jadi dan faktur telah di serahka kepara pelanggan maka harga pokok penjualan segera di catat. Dengan anggapan jumlah penjualanRp 90.000.000 dah harga pokok Rp 72.000.000. maka Pencatatan dalam jurnal umum sebagai berikut
Piutang dagang 90.000.000
Penjualan 90.000.000
Beban pokok penjualan 72.000.000
barang jadi 72.000.000
jika pekerjaan dilakukan dan dibuat untuk para pelanggan tertentu, maka penjualan dapat di catata pada saat pekerjaan selesai. Jika suatu perusahaan menyelesaikan pekerjaan dan jumlah biaya pada saat selesai adalah Rp 35.250.000 serta harga jual Rp 40.000.000 maka pencatatan dalam jurnal umum sebagai berikut.
Piutang dagang 40.000.000
Penjualan 40.000.000
Beban pokok penjualan 35.250.000
Barang dalam proses 35.250.000
Barang Rusak, Barang Cacat, Barang Sisa, dan Barang Sampah dalam Metode Harga Pokok Pesanan
Akuntansi Untuk Barang Rusak
Perlakuan akutansi untuk barang rusak dapat dilakukan dengan cara
A. Biaya rusak setelah di kurangi nilai bersih yang dapat di relisir di bebankan kepada biaya overhead pabrik. PT. RESTU selama bulan juni menghasilkan 10.000 unit produk biaya bahan langsung 600 /unit biayatenaga kerja langsung 400 /unit dan BOP yang di bebankan 125% dari iaya tenaga kerja langsung biaya /unitnya adalah Rp 1.500 (600+400+(400x125%)) pencatatn atas biaya pekerjaan bulan juni sebagai berikut
Barang dalam proses 15.000.000
Persediaan bahan 6.000.000
Gaji dan upah 4.000.000
BOP yang di bebankan 5.000.000
Anggaplah terjadi kerusakaan 200 unit dan di perkiraakan masih dapat di jual dan harga 100/ unit maka pencatatanya sebagai berikut,
Barang rusak 20.000
BOP 280.000
Barang dalam proses 300.000
Jika harga jual dari barang rusak berbeda dengan taksiran harga persediaan yang telah di tatap maka selisihnya di tambah atau di kurangkan ke akun BOP sebagai contoh barangrusak di jual dengan harga Rp 22.000 pencatatan dalam jurnal sebagai berikut,
Kas 22.000
BOP 2.000
Barang rusak 20.000
Dari biaya produksi yang terjadi sebesar Rp 15.000.000 produk yang selesai sebanyak 9.800 unit sebagai akibat adanya barang rusak 200 unit. Dengan demikian harga pokok produk menjadi Rp 14.700.000 percatatan atas barang yang selesai sebagai brikut.
Barang jadi 14.700.000
Barang dalam proses 14.700.000
B. Biaya kerusakan setelah di kurangi nilai bersih yang dapat direalisir di bebankan secara langsung kepada pekerjaan. Sebagai contoh PT. RESTU menerima pesanana 800 unit produk biaya bahan per unit produk adalah lebih mahal dari pada produksi yang biasa yaitu Rp. 750 tarif BOP 112,5% dari biaya tenaga kerja langsung ataw 450 berdasarkan uji coba yang dilakukan dari 10 unit produk hanya bisa di peroleh 8 unit yang sesuai Untuk memenuhi pesanan 800 unit bharus di keluarkan biaya untuk memproduksi 1000 unit.
Pencatatan jurnal sebagai berikut,
Barang dalam proses 1.600.000
Persediaan bahan 7.500.000
Gaji dan upah 400.000
BOP yang di bebankan 450.000
Untuk 200 yang tidak memenuhi sepesifikasi pesanana di jual dengan harga Rp 400 /unit pencatatan dalam jurnal
Barang rusak 80.000
Barang dalam proses 80.000
Pekerjaan yang telah selesai 800 unit langsung dikirim ke pelanggan. Pencatatan dalam urnal sebagai berikut.
Beban pokok penjualan 1.520.000
Barang dalam proses 1.520.000
Akutansi Barang Cacat
Barang cacat adalah barangyang tidak memenuhi standar produksi karena kesalahan alam bahan, tenaga kerja dan harus di peroses lebih lanjut agar memenuhi standa mutu yang di tentukan.
1. Biaya tambahan untuk menyempurnakan unit-unit yang cacat dibebankan ke akun biaya overhead pabrik jika sifat barang normal.
Sebagai contoh PT. WAHANA menerima pesanan 100 unit produk, biaya bahan Rp 2.000 /unit biaya tenaga kerja langsung Rp 1.500 /unit sedangkan BOP 150% dari biaya tenaga kerja langsung tarif ini sudah di perhitungkan biaya tambahan atas barang yang cacat yang 100%. Selamapekerjaan di temukan 8 unit barang cacat dan di olah kembali dengan biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung Rp 10.000 dan Rp 12.000 langsung dan BOP 150%. Pencacatan dalam jurnal sebagai berikut,
a. Untuk biaya produksi dari pekerjaan pesanan
Barang dalam proses 575.000
Persediaan bahan 200.000
Gaji dan upah 150.000
BOP yang dibebankan 225.000
b. Untuk biaya tambahan atas unit-unit yang cacat
BOP 40.000
Persediaan bahan 10.000
Gaji dan upah 12.000
BOP yang dibebankan 18.000
c. Untuk pekerjaan pesanan yang selesai
Barang jadi 575.000
Barang dalam proses 575.000
2. Biaya tambahan untuk menyempurnakan unit-unit yang cacat dibebankan ke pekerjaan yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi, PT WAHANA pesanan 100 unit dalam hal ini penyisihan sebesar 10 % untuk biaya tambahan tidak dimasukkan kedalam tarif BOP. Jumlah unit yang cacat ada 8 unit dengan biaya tambahan bahan langsung dan tenaga kerja langsung untuk menyempurnakan sebesar 10000 dan 12000. Tarif BOP sebesar 140% dari biaya tenaga kerja langsung. Pencatatan dalam jurnal sebagai berikut,
a. Untuk biaya produksipekerjaan pesanan khusus
Barang dalam proses 560.000
persediaan bahan 200.000
Gaji dan upah 150.000
BOP 210.000
b. Untuk biaya tambahan atas unit-unit yang cacat
Barang dalam proses 38.800
Persediaan bahan 10.000
Gaji dan upah 12.000
BOP yang dibebankan 16.800
c. Untuk pekerjaan atas pesanan khusus yang selesai
Barang jadi 598.000
Barang dalam proses 598.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar