Rabu, 25 Januari 2012

SOAL US

1. Tuliskan definisi dari neraca serta tuliskan pula manfaat dari neraca !
2. Tuliskan definisi dari likuiditas dan tuliskan penjelasan singkat dari indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan !
3. Tuliskan penjelasan si9ngkat tentang keterbatasan dari neraca !
4. Tuliskan 3 komponen utama dari neraca dan tuliskan penjelasan singkat dari masing-masing komponen tersebut !
5. Tuliskan definisi dari :
a. Aktiva Lancar
b. Aktiva Tidak Lancar
c. Kewajiban Lancar
d. Kewajiban tidak Lancar
e. Ekuitas Pemilik
6. Tuliskan penjelasan singkat tentang peristiwa setelah tanggal neraca !
7. Tuliskan definisi dari laporan arus kas dan tuliskan kegunaan dari dibuatnya laporan arus kas !
8. Tuliskan definisi dari kas dan apakah perangko termasuk dalam kategori kas ? tuliskan penjelasan singkatnya !
9. Tuliskan definisi dari rekening koran dan tuliskan penjelasan singkatnya !
10. Tuliskan penjelasan singkat dari dana kas kecil !

harap komentar dibaca !!!!!!

Minggu, 08 Januari 2012

persediaan barang dagang


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Persediaan
Menurut Baridwan persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dijual. Persediaan menurut Harnanto adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dan atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan. Menurut Kieso, dkk persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual.
 Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa:
Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi. Persediaan barang dagangan menurut Assauri adalah elemen yang sangat menentukan dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang, eceran, maupun perusahaan partai besar.
Dari beberapa pengertian mengenai persediaan, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu unsur yang paling efektif dalam kegiatan perusahaan dagang maupun manufaktur karena hampir seluruh pendapatannya diperoleh dari penjualan barang sebagai persediaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Persediaan adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali. Tanpa adanya persediaan pada suatu waktu tertentu perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.

2.2  Klasifikasi Persediaan
Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni persediaan tersebut milik perusahaan dan persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen. Oleh karena itu, dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang dagangan.
Perusahaan manufaktur juga memiliki persedian, akan tetapi berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak semua persediaan siap untuk dijual. Oleh karena itu persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:
a)             Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam hal bahan baku yang digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus dibeli dari pihak lain, maka barang-barang demikian sering disebut sebagai persediaan suku cadang.
b)             Persedian barang dalam proses adalah barang yang terdiri dari bahan-bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan bahan dalam proses, pada umumnya dinilai jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung lainnya) yang telah dikeluarkan/ terjadi sampai dengan tanggal tertentu.
c)             Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan. Persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang telah diselesaikan dari proses produksi dan siap untuk dijual. Produk jadi pada umumnya dinilai sebesar jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.
d)            Persediaan bahan penolong, meliputi semua barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan bahan baku yang membentuk produk jadi.

2.3  Sistem Pencatatan Persediaan
Dalam akuntansi ada dua jenis sistem pencatatan persediaan, yaitu:
1.      Sistem periodik
Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan bahwa,
dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (seara periodik). Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang). Untuk menentukan harga okok penjualan dalam sistem periodik, harus: (1) menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode (coet of goods on hand), (2) menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of goods purchsed), (3) mengurangkannyadengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa, dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
Setiap kali ada transaksi penjualan, maka hanya pendapatan dari penjualan tersebut yang dicatat. Disini tidak alat jurnal untuk mengkredit rekening persediaan atau rekening pembelian harga pokok dari barang yang telah dijual itu.
Akibatnya harga pokok penjualan ditetapkan dengan membuat daftar yang terperinci tentang barang yang ada (persediaan fisik) pada akhir periode penjualan. Perhitungan dilakukan satu kali setahun yaitu pada akhir fisikal. Bila perhitungn fisik dilakukan pada jangka waktu tertentu bagi persediaan barang, maka sistem perhitungan persediaan tersebut dinamakan sistem periodik.
2.      Sistem perpetual
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess (1999:366), dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dengan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang ditentukan terlebih dahulu.
Dycman, Dukes, Devis (2000:383) mengatakan bahwa, ” apabila sistem persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.

2.4.  Biaya-Biaya Persediaan
Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang dibebankan pada tahun berjalan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) mengatkan bahwa ”biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea masuk/ pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.
1.      Barang dalam Perjalanan
Penjualan dilakukan dengan dua cara:
a. Syarat penjualan prangko gudang FOB (free on board) shipping point, hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual. Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barang dalam perjalanan pada akhir tahun dilakukan dengan mengkaji pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat penyesuaian.
b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination, maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.
2.      Diskon